Terkekang Indah oleh Deadline
Deadline. Deadline. Deadline. Kau terus memburuiku tiada henti.
Kehidupanku enam bulan terakhir sangat jauh berbeda dari yang dulu. Dulu aku sepi dalam zona nyaman. Sekarang aku harus beranjak menggapai semua yang tertinggal. Aku dulu mulai bosan dengan semua hal yang berkaitan dengan IT, mungkin efek terlalu lama aku berlibur, sekarang aku tahu banyak sekali kekuranganku.
Kau tahu, banyak hal telah berubah didalam diriku. Aku dulu mempunyai banyak waktu, dan aku antisipasi itu dengan mulai project yang aku suka, seperti bermain web dan merombak aset digitalku sendiri. Namun manusia juga mempunyai rasa bosan, dan sangat susah bagiku untuk memulai sebuah project baru.
Sekarang? Ohh jaman seperti berubah 180 derajat didepan mataku. Aku tidak lagi cuman berhadapan dengan benda mati – laptop yang menuruti semua keinginan tuannya. Teman dan rekan baru, mereka semua lebih unik dari yang kubayangkan, dan mereka manusia, sama sepertiku, mempunyai tujuan dan ambisi mereka masing-masing, entah sama ataupun beda.
Dan tidak seperti zaman sekolah dulu, Entah mengapa aku merasa kali ini berbeda jauh. Seperti aku dikenal lebih cepat disini. Mungkin terlalu cepat. Maksudku, kau mungkin sudah tahu, agendaku seperti tiada habisnya. Bahkan waktu pribadi seperti mencuci baju dan tidur siang jarang aku dapatkan. Banyak agenda baik kampus dan diluar kampus datang memburuku, bahkan sering juga membatalkan beberapa agenda, membandingkan satu dengan satu yang lain, mana yang lebih penting, mencari solusi yang terbaik. Yah begitulah gambaran umum keseharianku. Seperti ditarik tarik, namun aku tetap menikmatinya.
… Dan aku akan kasih tau mengapa…
Yang pertama, disini, di prodi ini, matkul utamanya bak seperti playground, tempat bermain yang aku suka. Katakanlah Alpro, Strukdat, OOP, dsb. Aku sudah mencicipi mereka dulu, jadi bertemu matkul tersebut seperti aku mengenang makanan masa duluku, indah sekali. Wkw. Mungkin ada satu dua konsep yang baru aku kenal, namun itu tak jadi masalah. Aku lebih suka jika ada yang konsep baru sekalipun mereka susah dicerna.
Yang kedua, aku berhadapan dengan manusia, sama-sama mahasiswa, sibuk tenggelam dalam deadline dan tak mempunyai banyak waktu. Aku beranggapan mereka dan aku terpaut dalam relasi. Mereka membutuhkan, akupun demikian, sehingga apapun agenda yang mereka rencanakan aku akan tetap menghargai nya, entah itu belajar ataupun kumpul, asalkan niatnya baik. Yah, beberapai kali konflik jadwal itu ada, namun itu pun tak bisa aku elak juga.
Yang terakhir, dan yang paling berpengaruh – Ialah aku masih membawa kebiasaan burukku: Selalu memulai hal baru secara serempak. Seperti aku dulu, selalu mempunyai beberapa projek sekaligus untuk dikerjakan. Namun kali ini mereka berbeda – Kalau dulu aku cuman mengurutkan mana yang lebih penting, sekarang aku harus memikirkan mana yang lebih penting, dan mana yang mendesak – alias mereka mempunyai deadline tersendiri – karena sekali lagi, aku berurusan dengan makhluk hidup, tidak mempunyai semua waktu yang ada.
“We suffer more often in imagination than in reality” — SENECCA
Mengurusi 2 variabel – mana yang penting dan mana yang mendesak itu memang bikin sesak – maksudku, lihatlah. Sepanjang liburan ini aku berpetualang solo, mulai dari Bangkalan, lalu Pamekasan, Sumenep, dan pulang transit Mojokerto, lalu Jombang, Gresik. Jombang. Dua minggu kemudian balik lagi ke Sidoarjo, lalu ke Lamongan, lalu banting stir ke Madura, sebelum akhirnya balik lagi ke Malang, Banyuwangi, dan balik lagi ke Madura. Belum lagi rencanaku tuk balik Jombang dan mampir lagi ke Malang sebelum masuk kuliah lagi ke Madura. Haduh. Pusing bukan? Wkw.
Dan aku melakukan hal-hal itu tanpa alasan. Jangan kira hanya cuman liburan ya. Meski pakai motor sendiri, itu tetap menghabiskan dana banyak. Lagipula ini terlalu ekstrim bagi anak 18 tahun, untuk merantau hingga ratusan kilo jauhnya (btw sepedaku sudah ganti oli 2 kali (setiap 1000 kilo) hanya dalam satu semester). Aku begitu karena aku menghargai relasi yang aku buat. Dan sepatutnya, itu jauh lebih mahal. Lagipula, ini sejalan dengan prinsip gilaku – Bagaimana aku bisa menaklukkan dunia kalau pulau Jawa saja tidak bisa?
Kalo kamu mengganggap itu hal yang luar biasa. Haysh. Itu masih belum cukup. Tahukah kamu, aku pula punya profil dalam dunia bisnis? Itulah mengapa, aku masih bersikeras merombak web utama https://wellosoft.net. Karena aku ingin membuka ranah freelance, jadi mempunyai portofolio ideal itu wajib. Dan juga aku harus memperbanyak galeri web interaktif lagi di codepen atau itch.io, sehingga paling tidak mereka si pemburu CV (dan aku) tahu sampai mana ujung skill ku.
Dan hey. Kau tahu bahwa blog ku sekarang terpisah jadi dua? Yah. Yang blog lama aku khususkan sekarang untuk tutorial, dan khusus berbahasa indonesia (dulu aku sudah mencoba billingual, dan hasilnya berantakan) dan satunya disini, khusus catatan pribadiku yang panjang, boring, dan unfaedah disini.
Jadi kerja penulisan ku sekarang lebih tertata, meski otomatis aku harus membuang catatan lama, lagi. Hmh. Moga saja ini yang terakhir kalinya aku merombak ulang sistem blog 😅.
Dan yang terakhir, kau tahu bahwa kita lebih mudah untuk mengkritik daripada memuji? Yah, itu dia. Sekarang aku beranggapan, setiap kali aku mengritik tanpa solusi, aku kritik diriku kembali. Dari situ aku tahu dimana letak kelemahanku, dan aku akan menaruhnya di booking list tuk membenahi diri. Maka dari itu aku baru-baru ini sedang membangun kembali teman lamaku – Buku, Novel dan Artikel.
“There is no friend as loyal as a book” — ERNEST HEMINGWAY
Jangan salah kira. Aku dulu suka buku – dan aku sekarang ingin membukanya lagi, baik non-fiksi maupun fiksi. Kisah dan cerita, menurutku mereka kaya akan analogi – sebuah persoalan dan jawaban yang bisa diterapkan dalam berbagai persoalan hidup. Begitu pula dengan non-fiksi – mereka kaya tentang ide-ide yang belum sempat terlintas dalam pikiranku – mungkin termasuk membuka kesempatan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Intinya demikian – Semua top leader menunjukkan giat mereka dalam membaca, bahkan Elon Musk si revolusionalis teknologi pernah membaca 60 buku dalam satu bulan, jadi mengapa kita tidak?
Kali ini aku sedang membaca buku legendaris Tony Robbins - Money Master the Game. Ada beberapa pinjaman buku lain yang masih menunggu di rak, diantaranya seri-seri novel seperti enam seri buku Bumi Tere Liye, hingga buku yang terangkat menjadi film seperti Merry Riana ataupun Harry Potter. Haduh. Aku benar-benar tidak sabar menyantap semuanya sebelum liburan berakhir. :”
Jadi banyak sekali to-do list ku ternyata. Hmh andaikan liburan ini lebih panjang. Heheh. Bagaimana dengan liburanmu?
Hehe. Meski postingan ini terkesan seram. Tetap pasti ada hikmah yang lebih indah. Seperti foto ini, salah satu favoritku saat aku menginjakkan kaki pertama kali di tanah asing Pamekasan:
Takeaway:
- Cobalah untuk membuka banyak kesempatan secara bersamaan. Takut terlalu padat? Itulah gregetnya hidup. Kau tak akan bosan dengan tantangan yang ada.
- Jika kesempatan itu tidak muncul. Buatlah kesempatanmu sendiri. Jangan takut apalagi bimbang memulai hal baru.
- Bacalah buku. Serius.
Terima kasih kepada semua rekan dan sahabat untuk semester satu ini. Kalian memiliki keunikan masing-masing. Tanpa kalian tak mungkin wawasanku lebih luas daripada yang dulu-dulu…
Selamat Berlibur 📸