Beribu Siasat, Satu Ambisi
Dua minggu yang mencengangkan telah berlalu. Aku pun kembali lagi ke tanah rantau, sembari menggenggap tangan kosong dengan geram.
Tidak masalah orang mempunyai cita-cita apalagi impian yang tinggi-tinggi. Yang menjadi masalah, ialah bagaimana mereka mewujudkan impian mereka masing-masing.
Tiap orang mempunyai latar belakang dan impian yang beda-beda, sehingga tentu lah mereka harus mencari jalan setapak menuju impian mereka sendiri. Tapi jangan kan melangkah, banyak orang pun masih belum tahu kearah manakah mereka harus menuju.
Sama pula sepertiku.
6 tahun bergelut dengan coding, kini waktunya aku mencari relasi untuk mencari masa depanku. Aku tahu, waktuku seperti terlalu cepat. Maksudku, rata-rata teman sekelasku masih baru mengenal coding, Aku sudah bicara masalah relasi, hal yang sepatutnya baru dibahas setelah lulus dari dunia pendidikan.
Pasti sangat susah, bukan?
Seperti itulah yang aku rasakan enam tahun silam. Dari mana aku bisa belajar coding? Jangankan orang tua, sanak famili, atau sekolah. Internet pun masih mahal saat itu. Paling tidak dulu aku sudah memenuhi syarat: komputer ada, juga suka dengan matematika dan bahasa inggris.
Aku ingin menguraikan semua pengalamanku selama 6 tahun terakhir, namun tulisan itu tak pernah selesai, lagipula memori manusia pula sangat terbatas untuk mereka ujung-ujung memori tak terurus itu.
Yang jelas, aku mulai sangat pelan, namun lambat laun kan lebih cepat dengan sendirinya. Dari yang awalnya cuman iseng, lalu suka, menjadi hobi, hingga menjadi modal pembantu orang tuaku.
Mungkin inilah nikmat yang dianugrahkan oleh Allah. Dengan belajar otodidak sepenuhnya, aku tak perlu menggantungkan orang lain jika ingin belajar, cukup menyempatkan sedikit waktu luang. Teknik belajarku juga sangat cepat belakangan ini, hanya andalkan google, aku bisa paham materi coding dalam beberapa menit.
Hingga detik ini, aku sudah hijrah keberbagai macam bahasa coding. Memang naif, namun rasa penasaranku tak pernah kunjung padam. Aku ingin menerapkan semua teknik belajar yang aku tahu kepada orang lain, namun sayang, tentu mereka tak bisa mengikuti, karena background mereka sangat berbeda denganku, dan tentu menyita banyak waktu juga jika aku juga yang harus mencari tahu teknik mana yang cocok buat mereka. Dipaksa bisa pun aku juga tak tega melihatnya, karena mental setiap orang pasti terbatas.
Sudah jelas, inilah resiko yang harus aku tanggung. Jangankan menyetarakan orang lain untuk bisa coding seperti saya. Aku bahkan masih belum tahu cara mencari relasi secara tepat dan mudah. Semuanya masih berjalan lambat.
Jalan pertama yang aku tahu adalah mengenalkan diriku pada rekan satu kelas, prodi, fakultas atau universitas. Ini tak semudah yang diucapkan. Karena sekali aku mengenalkan diri, maka siap pula aku harus menjaga relasi tersebut – melonggarkan waktu dan tempat saat mereka sedang membutuhkanku. Inilah mengapa sering kali aku pula harus teriak, bahwa mengabaikan mereka berarti pula menjatuhkan harga diriku sendiri.
Jalan kedua ialah melalui lomba-lomba IT. Sekali lagi ini sangat sulit dilakukan namun sangat berpotensi untuk membuka relasi yang aku inginkan, relasi tengah dan atas. Ada banyak jenis lombanya, dan banyak pula yang masih belum aku kuasai. Mungkinkah aku bisa mengejarnya? Entahlah, pastinya akan kucoba meskipun harus sering kubelain gak tidur… Hmm.. Pasti seru.
Aku masih mencari dan mencari jalan dan celah baru yang aku butuhkan agar bisa meraih targetku dengan tepat waktu. Lambat namun pasti, akan melesat dengan sendiri. InsyaAllah. Aku yakin itu.
Akhir kata, aku menulis artikel ini agar aku tetap ingat pada ambisi yang lama telah aku rencanakan. Terima kasih pula kuucapkan kepada semua, yang telah menemaniku dalam mempernalkan UTM kepada Unsoed – Termasuk rekan satu tim – David, Laila, Kak Bimo, Kak Sherly – Dan semua rekan ITC yang telah membantu meringankan beban berat kami – Dan semua kawan yang telah memberikan dukungan penuh kepada kami baik secara lahir maupun batin. Aku sangat menghargai dukungan kalian semua. Tanpa kalian tak mungkin aku bisa melesat maju secepat sekarang, meskipun langkah itu pula masih jauh dari tempat harapan.
Hari ini aku mungkin menggenggam pulang dengan tangan kosong. Namun mindset ku berkata aku akan kembali, dan pasti akan kembali lagi. Semoga langkah ini akan menjadi saksi dalam langkah perjuanganku selanjutnya. Amiinnn…